Assalamu'alaikum ^^

"Sungguh tutup kepala seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya"
(HR. Bukhari & Muslim )



Custom Glitter Text



Custom Myspace Clock


Minggu, 16 Oktober 2011

Top 20 Nasheed Terfavorit (TNT) Edisi 13 Oktober 2011/15 dzulqa'dah 1432 H by Nurisfm Tangerang


Alhamdulillah TNT (Top 20 Nasheed Terfavorit) Bisa kembali hadir menemani sahabat2 NURIS FM.. ^_^
bagi yang td belum sempat mendengarkan TNT, Ini Dia jawara Kita Pekan ini....
cekidot ^^

1. Maidany = Jangan Jatuh Cinta = Medan = Naik 3 peringkat = Jawara Minggu ini
2. Azmi The CS = Sahabat Tak Lekang Oleh Waktu = ANN Jateng = Naik 4 peringkat
3. Sieben = Ampuni Aku = ANN Jateng = Turun 2 peringkat
4. Djay Lazuardi = Episode Jingga = ANN Jateng = turun 1 peringkat
5. Efziel = YES (Yakin En Semangat) = turun 3 peringkat
6. Hawari = Setialah Sahabat = Bandung = Naik 1 peringkat
7. Arif Nasyid = i’tibar = Riau = Naik 2 peringkat
8. Sketsa feat yaya = Subhanallah = Jakarta = Tetap
9. Soultan = Misteri Hidup = Bandung = Naik 1 peringkat
10. Firto feat Alief = Sholat Istikhoroh = ANN Jateng = Naik 2 peringkat
11. The CS = Jangan Sombong = ANN Jateng = Tetap
12. Spazi, d’masjid dkk = Justin Bieber or Just In Islam Forever = Bandung = Naik 2 peringkat
13. Mahiba = Cintailah = ANN Jateng = Tetap
14. N’fe = Aku Ingin Orang Tuaku Naik Haji = ANN Jateng = Tetap
15. Alvins = Taubat = Aden Agency = Bandung = Naik 1 peringkat
16. Nazrey Johany = Muslimah = Malaysia = Naik 3 peringkat
17. Awan = Jangan Ada permusuhan = ANN Jateng = Turun 12 peringkat
18. Novi Izzis feat Fadly Padi = Senandung Cinta = Jakarta = Naik 2 peringkat
19. Iie = Rumahku Syurgaku = ANN Jateng = New Entry
20. GSV = Engkau yg kurindu = Lampung = New Entry
 
:: New Entry ::

1. The CS = Siapa berani Jatuh Cinta
2. Qotrunnada_Akustik = Idola
3. Maher Zain = Number One For Me
4. Bara Nasheed = Untuk Sahabat
5. Neon = Mencari Bahagia
6. Semesta Nasheed = Atmosfir Cinta
7. D’masjid = Jihad
8. Eranada = Asmara
9. Syahdu = Ayahku My Heroku
10. Lamda = Rahmat-Mu
11. Mabith Voice = Wahai Manusia
12. Djiharkah = Sholatun Bissalam
13. Jiilul Qur’an = Kuingin Kembali
14. N-Sy = Cinta Hakiki (bandung)
15. Ababil = Alhamdulillah
16. Ris-q = Bersyukur = ANN Bekasi
17. Ramada Voice = Subhanallah = ANN Jateng


Simak dan dukung terus nasyid kesayangan anda di Top 20 Nasheed Terfavorit NURIS 107.80 FM, Streaming di http://www.radionuris.com/ dan http://www.radionuris.co.tv/
Request terus di Setiap Acara NURIS FM agar Nasyid kesayangan kamu bertahan dan mampu menjadiJAWARA TOP 20 NASHEED TERFAVORIT NURIS FM

"GIATKAN SYIAR ISLAM DENGAN PERSEMBAHAN NASYID-NASYID TERKINI"


Bagi sahabat NURIS yang punya Nasyid Baru langsung aja kirim ke email: nuris_radiomuslim@yahoo.com konfirmasi Nopiyanto Ayubbi Al Faqih 0815.8418.0390 atauSyahma Izzatunnisa 0857.1603.9951


Bareng teman2 di erdamah...
semoga semakin berkembang maju Nuris fm jg TNT,,,


teruntuk sahabat2 ku penyiar Nuris fm..
semangat yah (/^_^)/


giatkan kmbali siaran kita ^^


ana uhibbukum fillah...








Minggu, 03 Juli 2011

Mencintai Penanda Dosa by : Salim A Fillah

Dalam hidup, Allah sering menjumpakan kita dengan orang-orang yang membuat hati bergumam lirih, “Ah, surga masih jauh.” Pada banyak kejadian, ia diwakili oleh orang-orang penuh cahaya yang kilau keshalihannya kadang membuat kita harus memejam mata.

Dalam tugas sebagai Relawan Masjid di seputar Merapi hari-hari ini, saya juga bersua dengan mereka-mereka itu. Ada suami-isteri niagawan kecil yang oleh tetangganya sering disebut si mabrur sebelum haji. Selidik saya menjawabkan, mereka yang menabung bertahun-tahun demi menjenguk rumah Allah itu, menarik uang simpanannya demi mencukupi kebutuhan pengungsi yang kelaparan dan kedinginan di pelupuk mata.
“Kalau sudah rizqi kami”, ujar si suami dengan mata berkaca nan manusiawi, “Kami yakin insyaallah akan kesampaian juga jadi tamu Allah. Satu saat nanti. Satu saat nanti.” Saya memeluknya dengan hati gerimis. Surga terasa masih jauh di hadapan mereka yang mabrur sebelum berhaji.
 
Ada lagi pengantin surga. Keluarga yang hendak menikahkan dan menyelenggarakan walimah putra-putrinya itu bersepakat mengalihkan beras dan segala anggaran ke barak pengungsi. Nikah pemuda-pemudi itu tetap berlangsung. Khidmat sekali. Dan perayaannya penuh doa yang mungkin saja mengguncang ‘Arsyi. Sebab semua pengungsi yang makan hidangan di barak nan mereka dirikan berlinangan penuh  haru memohonkan keberkahan.
Catatan indah ini tentu masih panjang. Ada rumah bersahaja berkamar tiga yang menampung seratusan pelarian musibah. Untuk pemiliknya saya mendoa, semoga istana surganya megah gempita. Ada juru masak penginapan berbintang yang cutikan diri, membaktikan keahlian di dapur umum. Ada penjual nasi gudheg yang sedekahkan 2 pekan dagangannya bagi ransum para terdampak bencana. Semoga tiap butir nasi, serpih sayur, dan serat lelaukan bertasbih untuk mereka.
Ada juga tukang pijit dan tukang cukur yang keliling cuma-cuma menyegarkan raga-raga letih, barak demi barak. Ad dokter-dokter yang rela tinggalkan kenyamanan ruang berpendingin untuk berdebu-debu dan berjijik-jijik. Ada  lagi para mahasiswa dan muda-mudi yang kembali mengkanakkan diri, membersamai dan menceriakan bocah-bocah pengungsi. Semua kebermanfaatan surgawi itu, sungguh membuat iri.
 
***
“Ah, surga masih jauh.”
Setelah bertaburnya kisah kebajikan, izinkan kali ini saya justru mengajak untuk menggumamkan keluh syahdu itu dengan belajar dari jiwa pendosa. Jiwa yang pernah gagal dalam ujian kehidupan dariNya. Mengapa tidak? Bukankah Al Quran juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?
 
Musa pernah membunuh orang. Yunus bahkan sempat  lari dari tugas risalah yang seharusnya dia emban. Adam juga. Dia gagal dalam ujian untuk tak mendekat pada pohon yang diharamkan baginya. Tapi doa sesalnya diabadikan Al Quran. Kita membacanya penuh takjub dan khusyu’. “Rabb Pencipta kami, telah kami aniaya diri sendiri. Andai Kau tak sudi mengampuni dan menyayangi, niscaya jadilah kami termasuk mereka yang rugi-rugi.” Mereka pernah menjadi jiwa pendosa, tetapi sikap terbaik memuliakan kelanjutan sejarahnya.
 
Kini izinkan saya bercerita tentang seorang wanita yang selalu mengatakan  bahwa dirinya jiwa pendosa. Kita mafhum, bahwa tiap pendosa yang bertaubat, berhijrah, dan  berupaya memperbaiki diri umumnya tersuasanakan untuk membenci apa-apa yang terkait dengan masa lalunya. Hatinya tertuntun untuk tak suka pada tiap hal yang berhubungan dengan dosanya. Tapi bagaimana jika ujian berikut setelah taubat adalah untuk mencintai penanda dosanya?
Dan wanita dengan jubah panjang dan jilbab lebar warna ungu itu memang berjuang untuk mencintai penanda dosanya.

“Saya hanya ingin berbagi dan mohon doa agar dikuatkan”, ujarnya saat kami bertemu di suatu kota selepas sebuah acara yang menghadirkan saya sebagai penyampai madah. Didampingi ibunda dan adik lelakinya, dia mengisahkan lika-liku hidup yang mengharu-birukan hati. Meski sesekali menyeka wajah dan mata dengan sapu tangan, saya insyaf, dia jauh lebih tangguh dari saya.
 
“Ah, surga masih jauh.”
Kisahnya dimulai dengan cerita indah di semester akhir kuliah. Dia muslimah nan taat, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di kampus, dan penuh dengan prestasi yang menyemangati rekan-rekan. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik demi detik serasa menyusupkan bahagia di nafasnya.
 
Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang dan kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai ‘pembesar’ di kalangan para aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri sejak kuliah telah mengentas banyak kawan dan sungguh membanggakan. Awal-awal, si muslimah nan berasal dari keluarga biasa, seadanya, dan bersahaja itu tak percaya diri. Tapi niat baik dari masing-masing pihak mengatasi semuanya.
 
Tinggal sepekan lagi. Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ketika sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke rumah yang dikontraknya bersama akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terkejut ketika si calon suami tampak sendiri. Ya, hari itu mereka berencana meninjau rumah calon tempat tinggal yang akan mereka surgakan bersama. Angkahnya, ibunda si lelaki dan adik perempuannya akan beserta agar batas syari’at tetap terjaga.
 
“’Afwan Ukhti, ibu dan adik tidak jadi ikut karena mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, ujar ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan wajah sesal dan merasa bersalah. “’Afwan juga, adakah beberapa akhwat teman Anti yang bisa mendampingi agar rencana hari ini tetap berjalan?”
“Sayangnya tidak ada. ‘Afwan, semua sedang ada acara dan keperluan lain. Bisakah ditunda?”
“Masalahnya besok saya harus berangkat keluar kota untuk beberapa hari. Sepertinya tak ada waktu lagi. Bagaimana?”
 
Akhirnya dengan memaksa dan membujuk, salah seorang kawan kontrakan sang Ukhti berkenan menemani mereka. Tetapi bi-idzniLlah, di tengah jalan sang teman ditelepon rekan lain untuk suatu keperluan yang katanya gawat dan darurat. “Saya menyesal membiarkannya turun di tengah perjalanan”, kata muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jaga sebaik-baiknya dengan duduk beda baris, dia di depan dan saya di belakang, saya insyaf, itu awal semua petakanya. Kami terlalu memudah-mudahkan. AstaghfiruLlah.”
 

Ringkas cerita, mereka akhirnya harus berdua saja meninjau rumah baru tempat kelak surga cinta itu akan dibangun. Rumah itu tak besar. Tapi asri dan nyaman. Tidak megah. Tapi anggun dan teduh.
Saat sang muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaithan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. “Di rumah yang seharusnya kami bangun surga dalam ridhaNya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu”, dia tersedu. Saya tak tega memandang dia dan sang ibunda yang menggugu. Saya alihkan mata saya pada adik lelakinya di sebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.
 
“Kisahnya tak berhenti sampai di situ”, lanjutnya setelah agak tenang. “Pulang dari sana kami berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami. Marah pada adik dan ibu. Marah pada kawan yang memaksa turun di jalan. Marah pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya terus menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur.”
Dan kecelakaan itupun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.
 
“Setelah hampir empat bulan koma”, sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh memakan waktu itu diperberat oleh kabar yang awalnya saya bingung harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia.” Saya takjub pada pilihan katanya. Dia menyebutnya “karunia”. Sungguh tak mudah untuk mengucap itu bagi orang yang terluka oleh dosa.
“Yang lebih membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah”, katanya terisak lagi, “Ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal di tempat dalam kecelakaan itu.”
“SubhanaLlah”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang kini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, penanda dosa yang harus dicintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yang menyertai kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang setelah ujian. Seperti perut ikan yang menelan Yunus setelah dia tak sabar menyeru kaumnya.
 
“Doakan saya kuat Ustadz”, ujarnya. Tiba-tiba, panggilan “Ustadz” itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri seluruh tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata di hadapan seorang yang begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya dan terhormat itu, mengatakan, “Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang membuat putra kami tersayang meninggal karena frustrasi?”
 
“Doakan saya Ustadz”, kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ini tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati.” Aduhai, surga masih jauh. Bahkan pinta doanya pun menakjubkan.
Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Allah, jadikan wanita ini semulia Maryam. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dengan kesabarannya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Allah, balasi tiap kegigihannya mencintai penanda dosa dengan kemuliaan di sisiMu dan di sisi orang-orang beriman. Allah, sebab ayahnya telah Kau panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ini ke dalam pengasuhanMu nan Maha Rahman dan Rahim.

Allah, jangan pula izinkan hati kami sesedikit apapun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn  Hanbal dalam Kitab Az Zuhd yang selalu menginsyafkan kami. “Sejak dulu kami menyepakati”, tulis beliau, “Bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya.”
 


***
NB: sahibatul hikayah berpesan agar kisah ini diceritakan untuk berbagi tentang betapa pentingnya menjaga iman, rasa taqwa, dan tiap detail syari’atNya di tiap langkah kehidupan. Juga agar ada pembelajaran untuk kita bisa memilih sikap terbaik menghadapi tiap uji kehidupan. Semoga Allah menyayanginya.

Rabu, 27 April 2011

ANTARA PERHIASAN DAN FITNAH




ANAK SEBAGAI PERHIASAN DUNIA

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia pilihan Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sahabat keluarga dan para pengikutnya dengan baik hingga hari akhir. 


Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran:14]

Anak merupakan karunia dan hibah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai penyejuk pandangan mata, kebanggaan orang tua dan sekaligus perhiasan dunia, serta belahan jiwa yang berjalan di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalah adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan. [Al Kahfi:46].

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. [Al Hadid:20].

Nikahilah wanita yang banyak anak (subur) dan penyayang. Karena aku bangga dengan jumlah kalian yang banyak. [HR Nasa’i].

Nikah adalah sunnahku dan barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku maka bukan termasuk golonganku. Nikahilah wanita yang banyak anak (subur) dan penuh kasih sayang. Karena aku bangga dengan jumlah kalian yang banyak pada hari kiamat. [HR. Nasa’i]

Seorang yang bijak, jika sudah mengetahui bahwa anak merupakan perhiasan, tentunya ia akan menjaga perhiasan tersebut sebaik-baiknya. Yakni dengan membekali mereka dengan pendidikan yang baik. Hingga mereka betul-betul menjadi penyejuk pandangan mata, memiliki keluhuran budi pekerti, akhlak mulia dan sikap ksatria.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. [At Tahrim:6].

Sesungguhnya seseorang akan diangkat derajatnya di surga, maka ia berkata,”Dari manakah balasan ini?” Dikatakan,” Dari sebab istighfar anakmu kepadamu”.[2] 

Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. [Ath Thur:21].

ANAK SEBAGAI FITNAH DUNIA


Anak, selain sebagai perhiasan dan penyejuk mata, juga bisa menjadi fitnah (ujian dan cobaan) bagi orang tuanya. Ia merupakan amanah yang akan menguji setiap orang tua. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At Taghabun:14,15].

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan RasulNya, dan juga janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu padahal kamu mengetahui. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [Al Anfal:27, 28].

Hai manusia, bertawaqalah kepada Rabb-mu, dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaithan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. [Luqman:33].

Fitnah seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar. [Muttafaqun’alaih] 







Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan karunia anak yang shalih, yang membantu dalam ketaatan dan menjadi pengingat dari kelalaian, serta memberi nasihat ketika lupa dan luput dari ajaran Islam. Wallahu waliyyut taufiq.



Kamis, 31 Maret 2011

Inilah saatnya, pembuktian yang sesungguhnya, bahwa kita seorang MUSLIM ?

Waktu demi waktu telah kita lalui..

Hhmm..
Sudah lama juga kita belajar agama, penguatan iman di hati ini.

Ya, ketika dahulu di SMA atau di Kampus, semangat menperbaiki diri, semangat untuk berdakwah itu yang membara, yang menjulang tinggi ke langit.
Dan, kini, ketika kita tidak bersama mereka, kita terasa ‘sendiri’, apakah semangat itu terus dan masih ada wahai saudaraku?

Dimana kalian?
Kenapa sekarang engkau begitu terasa lelah untuk memperbaiki diri, apalagi berdakwah?

Hhmmm..
Yakinlah wahai saudaraku, saat-saat dimana kita terasa harus berjuang sendiri, itu jauuuuh lebih ringan dari perjuangan Rosulullah dan para sahabat dalam berdakwah.

Kita tentu tahu, siapakah Mush’ab bin ‘Umair?
Ya, dialah sosok rupawan, berwibawa, yang menjadi duta pertama ISLAM ke Yashrib (Madinah). Taukah kita wahai saudaraku, bagaimana perjuangan beliau untuk berdakwah? di tempat dimana dia tak mengenal medan, tak ada Rosulullah, tak ada seorang pun teman untuk berdakwah (sebelum ‘Abdullah ibn Ummi Maktum menjadi saudara seperjuangannya di Madinah)?
Dan, tentu jauh dari bagaimana keadaan kita saat ini..

Saudaraku..
Tentunya, sekarang kembali lagi ke kondisi RUHIYAH kita masing2. Seperti kita ketahui, dalam kontek dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimum, boleh jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”.

Dimanapun kita berada, tetaplah berjuang, terus memperbaiki diri..tetaplah di jalan ini, dan lanjutkan perjuangan kita yang dulu..

Sampai bertemu semua di Jannah-Nya kelak, insya Allah.








****………………………..****

Semoga dalam setiap jari ini mengetik, berbuah kata, kalimat, serta artikel sederhana, tidak hanya menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan kita pada-Nya.

Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin (kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang2 yang ragu)

Allahu a’lam Bish-showab.

Sabtu, 26 Maret 2011

Allah, Engkau-lah penentu segalanya...




Saudaraku,
Kadang, ada saat-saat apa yang kita inginkan, yang kita butuhkan, yang kita harapkan, dikabulkan oleh Allah. Alhamdulillah..

Tapi, adakalanya, Allah memberikan sesuatu yang beda, sesuatau yang jauh dari keinginan kita, sesuatu yang jauh dari harapan kita, sesuatu yang sangat menyakitkan bagi qalbu kita.
Tapi, itulah kehidupan wahai saudaraku. Dia-lah, Allah yang Paling mengetahui, yang Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik buat kita, hamba-Nya.
Sesuai dengan Firman-Nya,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Saudaraku,
Meski demikian, meski Allah telah menjelaskan dengan jelas dalam Firman-Nya, tapi kenapa ketika sesuatu itu jauh dari apa yang kita harapkan, begitu menyakitkan?
Ya, itu semua kembali lagi pada diri kita, kepada tingkat keimanan kita. Itu, mungkin adalah bagian dari kasih sayang Allah kepada kita. Bagian dari kepedihan yang akan berbuah sesuatu yang jauh lebih manis.

Kita harus kuat wahai saudaraku, kita harus ridha dengan ketentuan-Nya. Jangan sampai, setan ikut campur dakam urusan kita ini. Jangan sampai kita menjadi bagian dari orang-orang yang tidak sabar dan tidak ridha atas ketentuan Allah. Seperti Firman Allah dalam sebuah hadits Qudsi berikut :
"Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)

Masya Allah, Astaghfirullahal ‘adzim..
Semoga Allah menguatkan hati-hati kita untuk semakin tegar dalam menghadapi masalah
dan ketentuan-Nya yang sedang atau akan kita hadapi, serta kita bisa lebih ber-husnudzan dan ber-tawakkal kepada Allah Azza Wajalla.
“...Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya...” (QS.At Thalaq : 3)

Laa Tahzan yaa ikhwah filah, Innallaha ma’ashshabirin.

****……………****






Semoga dalam setiap jari ini mengetik, berbuah kata, kalimat, serta artikel sederhana, tidak hanya menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan kita pada-Nya.

Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin (kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang2 yang ragu)
Allahu a’lam Bish-showab.

oleh : klik

~::*Wanita dan Air Mata*::~

Itulah kenapa perasaan seorang wanita sangat peka … Allah menciptakannya dengan 9 perasaan dan 1 akal dia selalu mengutamakan perasaannya ketika ia hadapi sebuah permasalahan.

Tak heran ketika perasaannya sedang galau air matanya pun tertumpah..bukan karena ia cenggeng tapi dengan air mata itulah ia meluapkan segala rasa yang ada didadanya beban kehidupannya dan permasalahan yang dihadapinya

Kenapa Allah menciptakan wanita begitu utama… ia berikan sebuah bahu yang begitu kokoh menahan beban dunia dan isinya dan ia jadikan bahu itu begitu nyaman n menenangkan ketika ia harus menopang kepala bayi yang sedang tertidur.

Allah ciptakan wanita dengan kekuatan tuk bertahan ketika yang lain menyerah dan puts asa pada keadaan karena ia yakin akan sebuah harapan.

Diciptakannya ia begitu sabar hadapi cercaan dari bayi yang dilahirkannya dari rahim






Allah berikan ia kesabaran tuk selalu memberikan perhatian n kasih sayang pada keluargannya walau dirinya letih ia tetap berjuang tanpa kenal lelah n kadang menahan sakit namun ia tak pernah berkeluh kesah.

Cinta yang diberikan bagi putra putrinya tak terbatas ia hanya tulus memberi dan tak pernah mengharap kembali.. walau kadang ia tersakiti dan dicaci maki namun setiap saat n keadaannya ia begitu bearti tak pernah sakit hati walau hatinya sering kali dilukai. Diberikannya selalu kehangatan pada buah hati dengan belaian lembutnya ia menidurkannya.

Ia sebagai penyemangat dan kekuatan tuk membimbing suami ketika masa sulit yang dihadapinya bukankah wanita dicipta dari tulang rusuk laki laki. Bukankah tugas sebuah tulang rusuk adalah tuk melindungi jantung dan hati agar ia selalu aman dan tak terkoyak.








Satu kekhususan yang Allah berikan pada wanita… AIR MATA … karena dengan air mata wanita bisa menumpahkan perasaannya kapanpun ia membutuhkannya… bukan sebuah kelemahan disana ketika wanita menangis tapi air mata itu adalah sebuah air mata kehidupan.

'Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia". ((Al-Hadith)

Oleh karena itulah wahai ikhwan jadikan jangan kau siakan wanita.. ingatlah kau juga dilahirkan dari rahim ibumu yang juga seorang wanita… jika kau melukai hati wanita itu sama halnya kau lukai hati ibumu.

Jadi, lelaki dan wanita ada kelebihan dan kekurangan.Itulah sebab kita di jadikan supaya dapat melengkapi antara satu sama lain.Segala amalan yg kita lakukan tetap akan di balas walau sebesar zarah..

Semoga bermanfaat...

Oleh:Admin Andhika Al-Banjari Mtp

ƸӜƷ.¸¸¸.••..ƸӜƷ..••.¸¸¸.ƸӜƷ

salam cinta dan ukhuwah
♥ ♥ ♥

oleh:
klik